LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TANAMAN
ACARA
X
“PERAN ZPT DALAM MEMACU
PERTUMBUHAN TANAMAN”
Nama :
Natal Pandapotan Nadeak
NPM :
E1J015111
Kelompok :
3 (Tiga)
Program Studi :
Agroekoteknologi
Shift :
A1, Selasa(12.00-14.00)
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) mempunyai peranan
penting dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketika
metabolisme menyediakan tenaga dan bahan-bahan (building blocks) untuk
kehidupan tanaman, maka hormon mengatur kecepatan pertumbuhan dari
bagian-bagian tanaman, kemudian mengintegrasikan bagian-bagian tersebut untuk
menghasilkan bentuk yang kita kenal sebagai satu individu yaitu tanaman.
Selain itu, ZPT berperan dalam pengaturan proses reproduksi. Dengan
demikian, tanpa zat pengatur tumbuh berarti tidak akan ada pertumbuhan.
Secara terminology, oleh para ahli fisiologi
tumbuhan telah diberi batasan-batasan tentang zat pengatur tumbuh, hormone dan
hara. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organic yang bukan hara,
yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung menghambat dan dapat merubah proses fisiologi
tumbuhan.
Pada praktikum ini akan melihat pengaruh
berbagai zat pengatur tumbuh dengan berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh
perkembangan biji pada kecambah Vigna sinensis.
1.2 Tujuan praktikum
Tujuan praktikum kali ini adalah mempelajari
pengaruh beberapa jenis ZPT terhadap pertumbuhan mentimun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada
beberapa pendapat mengenai perkecambahan pada tumbuhan. Pada umumnya
perkecambahan dapat diartikan sebagai proses munculnya plantula (tanaman kecil)
dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada
perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang
menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Perkecambahan benih dapat
diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah
matang (Taiz and Zeiger, 2003).
Menurut
Elisa (2006), benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung
selama terjadinya proses perkecambahan. Perkembangan benih dipengaruhi oleh
faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Perkecambahan adalah
proses pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam biji
yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Selama proses pertumbuhan dan
pemasakan biji, embryonic axis juga tumbuh. Secara visual dan morfologis, suatu
biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya radikel atau plumula
yang menonjol keluar dari biji. Proses perkecambahan benih merupakan suatu
rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia (Fitra,
2012).
Perkecambahan
biji sebenarnya bukanlah suatu awal dari kehidupan tanaman karena pada dasarnya
di dalam biji ada embryo yang merupakan satu miniatur tanaman yang lengkap
dengan akar dan tunas embrioniknya, yang sedang berada pada fase istirahat.
Perkecambahan adalah pengulangan kembali pertumbuhan janin, yang ditandai
dengan keluar atau munculnya radikula dan plumula dari biji. Biji dari
sejumlah spesies tanaman ada yang segera berkecambah ketika berada pada
lingkungan yang memenuhi syarat untuk berlangsungnya perkecambahan, tetapi ada
pula yang tidak dapat segera berkecambah karena mengalami dormansi.
Biji-biji dorman ini akan dapat berkecambah ketika dormansinya terpatahkan
(Campbell, 2011).
Gardner,
Pearce and Mitchel (2012)
menyatakan bahwa perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologis dan
morfologis yaitu: (1) imbibisi dan absorpsi, (2) hidrasi jaringan, (3) absorpsi
oksigen, (4) pengaktifan enzim dan pencernaan, (5) transport molekul yang
terhidrolisis ke sumbu embryo, (6) peningkatan respirasi dan asimilasi, (7)
inisiasi pembelahan dan pembesaran sel, dan (8) munculnya embrio.
Ontogeni perkecambahan mengikuti dua fase metabolik yang berbeda: (1)
hidrolisis secara enzimatis cadangan makanan yang disimpan, dan (2) sintesis jaringan
baru dari senyawa yang dihidrolisis (yaitu dari gula, asam amino, asam lemak,
dan mineral yang dibebaskan). Fitohormom memulai dan memperantarai proses
perkecambahan yang penting. Aktivitas hormon pada perkecambahan secara umum
adalah:
1. Giberellin
menggiatkan enzim hidrolitik dalam pencernaan cadangan makanan di biji.
2. Sitokinin
merangsang pembelahan sel, menghasilkan munculnya akar lembaga dan pucuk l lembaga.
3. Auxin meningkatkan
pertumbuhan karena memicu pembesaran koleorhiza (pada sereal), akar lembaga dan
pucuk lembaga serta aktivasi geotropi (yaitu orientasi yang benar pada
pertumbuhan akar dan pucuk, terlepas dari orientasi biji).
Biji
pada umumnya mengandung Asam Giberellin (GA) dalam kadar yang tinggi terutama
di embrio. Setelah imbibisi air berlangsung, terjadi pelepasan GA dan ini
memberi signal bagi biji untuk mematahkan dormansinya dan berkecambah. GA juga
menunjang pertumbuhan kecambah tanaman sereal dengan cara menstimulasi sintesis
dari enzim pencerna cadangan makanan seperti α-amilase yang berfungsi
memobilisasi cadangan makanan. Bahkan sebelum enzim ini muncul, GA telah
menstimulasi sintesis dari mRNA yang mengkode terbentuknya α-amilase (Salisbury
and Ross, 2001).
Ekstrak
alami seringkali sebagai sumber zat tumbuh untuk mikroorganisme seperti bakteri
dan jamur. Zat tumbuh tersebut dapat berupa zat pendorong dan zat penghambat
pertumbuhan. Ekstrak alami yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang sudah dikenal adalah sari buah tomat dan air kelapa. Air kelapa sering
digunakan sebagai sumber energi dalam kultur steril menggunakan media agar.
Sedangkan sari buah tomat seringkali menjadi penghambat perkecambahan biji dan
pertumbuhan dibandingkan air kelapa. Pada kadar 5% sari buah tomat sudah
menunjukkan sifat menghambat sedangkan air kelapa hingga kadar 59% belum
menunjukkan sifat menghambat. Konsentrasi ekstrak alami yang sering
digunakan berkisar antara 10-15% (Abidin, 2010).
Perkecambahan
benih sangat ditentukan oleh viabilitas (daya hidup) benih yang dapat diukur
dengan menentukan daya kecambah dan kecepatan berkecambah benih. Gaya
kecambah (G) adalah jumlah biji yang berkecambah dari sejumlah biji yang diuji
selama waktu perkecambahan dan dihitung dalam persen (Hamidin, 2012).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi: polibeg,
ember, gelas ukur 1000ml, cangkul, plastic transparan, meteran kain, dan
handsprayer. Bahan yang di perlukan dalam percobaan adalah: pupuk kandang, top
soil, pupuk NPK, larutan ZPT )A,B, dan C)
3.2 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan
4 polibeg untuk tiap kelompok. Memberi label A, B C, dan D untuk masing masing
polibeg. Mengisi polibeg dengan media campuran antara top soil dan pupuk
kandang (Perbandingan 2:1; v/v)
2. Menanam
2 benih mentimun ke dalam tiap polibeg. Menyiram media tanam dengan air kran
sampai mencapai kapasitas lapang, setiap 3 hari.
3. Melarutkan
10 gram pupuk NPK mutiara ke dalam 10 L air, Menyiramkan larutan pupuk ke media
tanam sebanyak 1 liter setiap 3 hari. Pemberian larutan pupuk diberikan setelah
media disiram dengan air keran . Ditunggu sampai benih berkecambah
4. Menyiapkan
3 handsprayer dari laber A, B ,C ,D. mengisi hand sprayer dengan larutan A, B,
C, yang disiapkan oleh Co-Ass
5. Setelah
2 minggu setelah tanam, disemprot dengan ZPT sesuai dengan labelnya dan
mengulangi penyemprotan pada 3 HST dan 4 HST
6. Mengamati
apa yang terjadi, mengukur tinggi tanaman , jumlah daun, jumlah ruas tanaman
dan panjang ruas . Pengukuran di lakukan pada 1 sampai 6 MST
7. mengamati
(rekam) pertumbuhan tanaman, dibandingkan dengan perlakuan Kontrol(D), apakah
ZPT itu memacu pertumbuhan tanaman atau justru menghambat pertumbuhan tanaman,
atau tidak berbeda dengan yang tidak di semprot.
8.
Mengukur kandungan klorofil pada minggu ke-6.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
|
pengamatan
|
perlakuan
|
|||||||||||||||||||
|
Larutan A
|
Larutan B
|
Larutan C
|
Larutan D
|
|||||||||||||||||
|
MST
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
Tinggi tanaman
(cm)
|
20
|
32
|
47
|
52
|
57
|
18
|
29
|
39
|
43
|
45
|
17
|
28
|
54
|
64
|
70
|
20
|
35
|
40
|
44
|
46
|
|
Jumlah daun(cm)
|
15
|
15
|
8
|
9
|
11
|
5
|
5
|
7
|
8
|
10
|
5
|
5
|
9
|
9
|
10
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
|
Jumlah
ruas(cm)
|
3
|
4
|
5
|
6
|
8
|
3
|
4
|
4
|
6
|
7
|
3
|
4
|
5
|
9
|
11
|
1
|
2
|
4
|
8
|
10
|
|
Panjang
ruas(cm)
|
6
|
4
|
8
|
8
|
9
|
5
|
5
|
6
|
5
|
8
|
5
|
6
|
7
|
7
|
9
|
3
|
5
|
7
|
7
|
9
|
4.2 Pembahasan
ZPT
(Zat Pengatur Tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon
tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran
hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik. Pada praktikum
kali ini yaitu untuk mengamati pengaruh ZPT terhadap perkecambahan biji..
Zat
pengatur tumbuh terdiri dari beberapa jenis, yaitu auksin, giberelin,
sitokinin, ethylen, dan asam absisat (ABA). Auksin merupakan salah satu
dari kelompok hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk
merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan sepanjang
aksis longitudinal tanaman. Giberelin merupakan hormon perangsang
pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium
moniliforme. Sitokinin merupakan hormon tumbuhan turunan adenin dan berfungsi
untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung
akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem. Ethylen (Prothephon)
merupakan hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam
proses pematangan buah. Asam absisat (ABA), sebagai penghambat tumbuh
(Inhibitor) pada saat tanaman mengalami stress, fitohormon ini digunakan untuk
mengompakkan pertumbuhan batang agar tanaman terlihat sangat baik. Pada
komposisi dan perlakuan tertentu dapat merangsang pertumbuhan tunas anakan
dengan cepat dan serentak.
Pada
proses perkecambahan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dalam
dan faktor luar. Faktor dalam meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih,
dormansi dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar meliputi
air, temperatur, oksigen, cahaya dan medium
Mekanisme
kerja dari beberapa ZPT antara lain auksin mempengaruhi enzim, bekerja sebagai
zat pelindung bagi enzim dari inaktivasi, mempengaruhi DNA sehingga aktif dalam
sintesis protein, dan membantu memperpanjangn dan mengembangkan ukuran
sel. Giberelin bekerja pada gen dengan menyebabkan aktivasi gen-gen
tertentu. Gen-gen yang diaktifkan akan membentuk enzim-enzim baru yang
menyebabkan terjadinya perubahan morphogenetik (penampilan kenampakan tanaman).
Sitokinin terutama bekerja pada proses sitokinensis (proses pembelahan sel)
pada berbagai organ tanaman.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum
ini adalah, bahwa:
1. ZPT
sangat berpengaruh terhadap perkecambahan suatu biji karena dapat memacu
pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau
menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi
hormon dengan baik.
2. Hal
yang menyebabkan biji dapat berkecambah ZPT yang diletakkan pada masing-masing
biji mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease
dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan
menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan
embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji
atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan dan perkecambahan biji sehingga biji
berkecambah.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin, H. B., 2010, Agronomi, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Campbell, N. A., 2011, Biology, third edition, The
Benjamin/Cunningham Publishing Company, Inc., California.
Elisa, D., 2006, Pengantar Fisiologi
Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.
Fitra, Y., 2012. Biologi Edisi III,
Erlangga, Jakarta
Gardner, F.P., Perce, R.B., and Mitchell,
R.L., 2012,
Physiology of Crop Plants, The Iowa State University Press.
Hamidan, E., 2012, Pedoman Teknologi Benih,
Pembimbing Masa Bandung.
Salisbury, F.B. and Ross, C. W., 2001, Plant Physiology, 4th edition.
Wadswoth Publishing Company, Belmont, California.
Taiz and Zeiger, D., 2003, Pengantar Fisiologi Tumbuhan,
Gramedia, Jakarta.
Tjitrosomo, S. S., 2009, Botani Umum 2,
Penerbit Angkasa, Bandung.
Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa tanaman mentimun yang saudara semprot
ZPT menunjukkan respon yang berbeda-beda ?
Jawab:
Tanaman mentimun menunjukkan
respon yang berbeda-beda karena pada larutan ZPT yang disemprot terdapat hormon
pertumbuhan sintetik yang berbeda-beda. Setiap hormon pertumbuhan baik yang
sintetik ataupun yang disintetis langsung ditanaman (phytohormon) pasti
memiliki fungsi dan kegunaan spesifiknya masing-masing. Beberapa kelompok
phytohormon seperti auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam absisat
memiliki fungsi yang berbeda dalam merangsang proses pertumbuhan tanaman. Hal
ini yang menyebabkan respon tanaman mentimun berbeda-beda terhadap penyemprotan
ZPT yang diberikan.
2. Bandingkan
pertumbuhan tanaman yang mendapat perlakuan (A, B, C) dengan tanaman kontrol.
Apa kesimpulan anda ?
Jawab:
Pertumbuhan yang
terjadi pada tanaman C yang di beri ZPT berlabel C terjadi sangat cepat, sepertinya
ZPT yang yang diberi dapat memacu pertumbuhan tanaman, sedangkan pertumbuan pada
tanaman B yang diberi ZPT berlabel B terjadi pertumbuan yang lambat, sepertinya
ZPT mengandung zat penghambat pertumbuhan dan tanaman A yang diberi ZPT
berlabel A terjadi pertumbuhan yang normal.
3. berdasarkan data yang saudara peroleh
dari pengamatan (menurut saudara) ZPT apakah yang ada di beri label A, B, C?
Jawab:
ZPT yang berlabel C adalah
auksin karena respon tanaman mentimun mengalami peningkatan pertumbuhan, ZPT
yang berlabel B adalah asam absisat karena respon pertumbuhan tanaman menjadi
lama dan terhambat, ZPT yang berlabel A adalah air mineral.
Komentar
Posting Komentar