LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
ACARA
5
“
Pembuatan Larutan Hidroponik”
Nama :
Rimma Ita Hutasoit
NPM
: E1J014039
Prodi :
Agroekoteknologi
Shift : Selasa,14.00-16.00 WIB.
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bertanam dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian
bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak
masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa
keuntungannya. Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang
berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian
secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan
nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa
tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara
hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya
kebutuhan pupuk bagi tanaman.
Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah.
bukan hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal
dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan
media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat
silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa.
Dengan
menggunakan teknik ini diharapakan dapat mengatasi masalah kurangnya lahan untuk
bercocok tanam, Sehingga dapat meningkatkan potensi yang ada, dengan hasil yang
tidak kalahnya dengan tehnik bercocok tanamn seperti biasanya yaitu menggunakan
tanah.Selain itu, metode hidroponik ini sangat menguntungkan pada saat panen
dikarenakan area yang sempit sehingga memeudahkan dalam memanene. Tetapi metode
ini sanagt membutuhkan ketelitian dan ketlatenan demi keberhasilan dari teknik
ini.
Ditinjau dari segi sains, hidroponik telah membuktikan
bahwa tanah tidak diperlukan untukm menumbuhkan tanaman, kecuali unsur-unsur,
mineral dan zat-zat makanan seperti dalam tanah. Dengan mengeliminasi tanah
berarti juga mengeliminasi hama/penyakit yang ada dalam tanah dan mengurangi
pengendalian tanah secara teliti nutrisi tanaman. Dalam larutan hidroponik telah
tersedia zat-zat makanan untuk tumbuhan dengan perbandingan yang tepat,
sehingga dapat mengurangi stress pada tanaman, lebih cepat matang dan panenpun
akan lebih bagus kualitasnya.
1.2 Tujuan
Melatih
mahasiswa menbuat pupuk daun atau larutan hidroponik dan mengevaluasi pengaruh
larutan hidroponik terhadap pertumbuhan tanaman hortikultura yang ditanam
secara hidroponik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Hidroponik
adalah sebuah istilah yang menaungi banyak macam metoda. Prinsip-prinsip dasar
hidroponik dapat diterapkan dalam macam cara, yang dapat disesuaikan dengan
persyaratan-persyaratan finansial maupun keterbatasan ruang pada tiap orang
yang ingin mengerjakannya. Metoda-metoda bercocok tanam hidroponik yang telah dikembangkan
selama 45 tahun ini, dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Pada metoda
menggunakan air, tumbuh-tumbuhan ditanam semata-mata dalam air yang dilengkapi
dengan larutan zat makanan. Metoda yang menggunakan pasir menuntut penanaman
tumbuh-tumbuhan pada pasir yang disteril, ke dalamnya sejumlah air dan larutan
zat makanan dipompakan masuk. Metoda agregasi menggantikan pasir dan dengan
menggunakan serentetan material, seperti kerikil (Nicholls, 1996).
Secara umum
hidroponik berarti sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi
menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Media tanam lain dapat berupa
kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa media agregat (hanya air).
Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril) sementara itu pasokan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui
pipa atau disiramkan secara manual. Nutrien atau pupuk hidroponik yang telah
dilarutkan dalam air didistribusikan kepada media dengan jalan jaringan mikro
irigasi, yaitu meneteskan dengan jaringan ke media tanaman dan langsung
diserap, tidak bisa kembali lagi. Media tanaman hidroponik tidak mempunyai zat
hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian larutan nutrien secara terus
menerus ke dalam media tanaman hidroponik sangat diperlukan dan diperhitungkan
berdasarkan jumlah dan jenis tanaman yang ditanam. Pengairan tanaman dengan
sistim hidroponik dikenal dua sistem pengairan, yaitu sistem genangan air dan
sistem pengaliran air. Sistem genangan air adalah suatu system dengan cara
memasukkan air pada wadah (pot) dengan ukuran ketinggian air didalam wadah
jangan melampaui akar atau akar jangan terendam oleh genangan air, hal ini
untuk menghindari supaya jangan membusuknya akar tanaman. Sistem genangan air
ini dipakai apabila kita mempergunakan wadah akuarium. Kelemahan sistem
genangan air ini adalah terjadinya pengendapan nutrien dibawah ( Hasim,1995).
Media tanam
hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu dapat menyerap
dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak mengubah warna, tidak
mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur hidroponik dapat dibagi menjadi
dua, yaitu media tanam anorganik, contohnya batu apung yang berasal dari
bebatuan larva gunung berapi. Sifatnya ringan, sukar lapuk, tidak mempengaruhi
pH, porous mudah menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah
yang banyak. Batu apung terbaik untuk media tanam hidroponik perlu direkayasa
menjadi sebesar kerikil (Fitter dan Hay, 2000).
Perawatan tanaman hidroponik sedikit
berbeda dengan tanaman yang ditanam pada media tanah. Cara penyiraman dan
pemupukan misalnya. Penyiraman dilakukan seminggu sekali. Pupuk yang diberikan
dilarutkan dalam air yang juga berfungsi sebagai air siraman, lalu dituangkan
ke dalam pot. Perawatan lainnya adalah pembersihan media dan wadah. Kegiatan
ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemangkasan akar. Batu-batu sebagai
media dibersihkan dari kotoran, demikian juga wadahnya Pemberian
pupuk yang umum yaitu dengan menabur langsung ke tanah tempat bibit yang di
tanam. Akan tetapi, pada hidroponik pupuk diberikan dalam bentuk larutan dan
lebih dikenal dengan istilah nutrien. Kandungan unsur hara yang dibutuhkan
untuk tanaman hidroponik tidak berbeda dengan tanaman di media tanah. Unsur
hara yang dibutuhkan terdiri dari unsur makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan
unsur mikro (Mn, Cu, Mo, Zn, dan Fe) (Palungkun, dkk, 1999).
Sebelum mulai
mencoba hidroponik, hendaknya terlebih dahulu ditentukan tingkat suhu,
kelembaban, serta jumlah sinar di tempat dimana kita mencoba hidroponik.
Tingkat suhunya selain untuk mengatur tanaman dalam memperoleh energy, tapi
juga erat kaitannya dengan kelembaban udara. Pada temperature 23ºC, kelembaban
40 % amat sesuai denagn tanaman. Sinar atau cahaya adalah salah satu bagian penting
dalam proses fotosintesis (Lakitan, 2004).
Keuntungan yang dapat diterima dari
penanaman hidroponik, misalnya ruangan tidak akan kotor oleh percikan tanah
dari tanaman, perawatan lebih mudah karena penyiraman dan pemberian hara hanya
dilakukan sekali setiap 5 – 7 hari. Bibit hama dan penyakit tumbuhan lebih
ringan untuk diangkat keluar-masuk ruangan (Nazaruddin dan Angkasa, 1992).
BAB
III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Ø
Pipet volum
Ø
Gelas ukur
Ø
Ember
Ø
Mortal
Ø
pengaduk
3.1.2 Bahan
Ø Kecambah
kacang hijau
Ø Larutan
garam
3.2. Prosedur Kerja
Pada raktikum ini ada 2 kegiatan utama yang akan dilakukan. Yaitu: meracik
larutan hidroponik pada tanaman budidaya. Formula larutan hiroponik yang akan
dibuat adalah Unib-1. Unib-2, dan Unib-3 dengan mengikut prosedur penbuatan
sebagai berikut:
3.2.1 Pembuatan larutan hidroponik
Formula Unib
1:
1.
Melarutkan 300 g pupuk N-P-K didalam
2 liter air.
2.
Melarutkan 300 g dolomite (CaMgCO3)
di dalam 2 liter air.
3.
Menuang kedua larutan tersebut
kedalam ember, menambah 1 liter, dan mengaduk sampai merata
4.
Memasukkan larutan kedalam botol;
kemudian disimpan ditempat gelap.
Formula Unib
2:
1.
Mengulang langkah percobaan unib 1
dari 1-3
2.
Menambah 5 ml larutan hara mikro
kedalam larutan
3.
Memasukkan larutan tersebut kedalam
botol dan simpan ditempat gelap.
Formula Unib
-3:
1.
membuat larutan lengkap mikro dan
makro seperti acara III
2.
tambahkan 1 ml larutan ZPT ke dalam
larutan.
3.
Mengencerkan larutan menjadi 1 liter
4.
menyimpan larutan ditempat gelap
3.2.2
Aplikasi
larutan hidroponik
Aplikasi tanaman hidroponik akan
dilakukan pada tanaman hortikultura. Pada praktikum ini menggunakan tanama kacang
hijau, yang ditanam pada 3 media berbeda (media air, media pasir dan media
camputan pasir dan pupuk kandang).
1.
Mengisi botol aqua ukuran 1 liter
dengan pasir air tawar. Menyiapkan 3 botol dan di beri label unib 1, unib 2,
dan unib 3.
2.
Mengisi botol aqua ukuran 1 liter
dengan pasir dan pupuk kandang. Menyiapkan 3 botol dan di beri label unib 1,
unib 2, dan unib 3.
3.
Menanam 2 biji kacng hijau perbotol
4.
menyiram media tanam dengan larutan
hara yang telah di siapkan. Penyiraman di lakukan sesuai label yang tercantum
dalam masing masing botol.
5.
Mengamati gejala difisiensi unsure
hara dan ukurlah pertumbuhan tanaman( tinggi tanaman, jumlah daun dan berat
kering).
6.
Membandingkan hasil pengamatan dan
membahas dalam laporan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
Tidak ada.
4.2
Pembahasan
Tanaman tidak tumbuh, disebabkan oleh factor lingkungan yang tidak
mendukung, terutama hujan, pada saat menanam hujan sangat lebat sehingga
tanaman tidak bisa tumbuh.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Larutan hidroponik dengan komposisi yang lengkap
menunjang pertumbuhan tanaman. Penambahan ZPT seperti sitokinin mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Unsur makro menunjang pertumbuhan tanaman
menjadi lebih baik. Tanaman hidroponik dapat tumbuh
dengan baik apabila lingkungan akar memperoleh cukup udara, air dan hara.
5.2
Saran
Adapun
saran yang dapat saya sampaikan adalah pada saat praktikum sebaiknya praktikan
bekerja dengan baik terlebih pada saat pengamatan sebaiknya praktikan selalu
sabar untuk mengamati setiap perbedaan yang muncul pada setiap perlakuan supaya
hasil dari praktikum ini adalah hasil yang terbaik.
DAFTAR
PUSTAKA
Fitter dan., Hay, 2000.
Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan
Hobi. Jakarta: Penebar Swadaya,
Hasim . 1995. Hidroponik. Jogjakarta: Kanisus
Lakitan, Hakim . 2204. Hortikultura
Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press )
Nazaruddin
dan S. Angkasa, 1992. Palem Hias. Jakarta
: Penebar Swadaya
Nicholls, R. E.,
1996. Hidroponik
Tanaman Tanpa Tanah. Jakarta : Penabur
Palungkun H; dan Yovita, H.I. 1999. Paprika,
Hidroponik dan Nonhidroponik. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Komentar
Posting Komentar