Langsung ke konten utama

laporan praktikum fisiologi tanaman acara 5 pembuatan larutan hidroponik


LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN
ACARA 5
PEMBUATAN LARUTAN HIDRPONIK



Nama                 : Natal Pandapotan Nadeak
NPM                  : E1J015111
Kelompok         : 3 (Tiga)
Shift                   : Selasa, 12.00 - 14.00



LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bertanam dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.
Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. bukan hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa.
Dengan menggunakan teknik ini diharapakan dapat mengatasi masalah kurangnya lahan untuk bercocok tanam, Sehingga dapat meningkatkan potensi yang ada, dengan hasil yang tidak kalahnya dengan tehnik bercocok tanamn seperti biasanya yaitu menggunakan tanah.Selain itu, metode hidroponik ini sangat menguntungkan pada saat panen dikarenakan area yang sempit sehingga memeudahkan dalam memanene. Tetapi metode ini sanagt membutuhkan ketelitian dan ketlatenan demi keberhasilan dari teknik ini.
Ditinjau dari segi sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untukm menumbuhkan tanaman, kecuali unsur-unsur, mineral dan zat-zat makanan seperti dalam tanah. Dengan mengeliminasi tanah berarti juga mengeliminasi hama/penyakit yang ada dalam tanah dan mengurangi pengendalian tanah secara teliti nutrisi tanaman. Dalam larutan hidroponik telah tersedia zat-zat makanan untuk tumbuhan dengan perbandingan yang tepat, sehingga dapat mengurangi stress pada tanaman, lebih cepat matang dan panenpun akan lebih bagus kualitasnya.




1.2 Tinjauan Pustaka
Hidroponik adalah sebuah istilah yang menaungi banyak macam metoda. Prinsip-prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam macam cara, yang dapat disesuaikan dengan persyaratan-persyaratan finansial maupun keterbatasan ruang pada tiap orang yang ingin mengerjakannya. Metoda-metoda bercocok tanam hidroponik yang telah dikembangkan selama 45 tahun ini, dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Pada metoda menggunakan air, tumbuh-tumbuhan ditanam semata-mata dalam air yang dilengkapi dengan larutan zat makanan. Metoda yang menggunakan pasir menuntut penanaman tumbuh-tumbuhan pada pasir yang disteril, ke dalamnya sejumlah air dan larutan zat makanan dipompakan masuk. Metoda agregasi menggantikan pasir dan dengan menggunakan serentetan material, seperti kerikil (Nicholls, 1996).
Secara umum hidroponik berarti sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Media tanam lain dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa media agregat (hanya air). Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril) sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Nutrien atau pupuk hidroponik yang telah dilarutkan dalam air didistribusikan kepada media dengan jalan jaringan mikro irigasi, yaitu meneteskan dengan jaringan ke media tanaman dan langsung diserap, tidak bisa kembali lagi. Media tanaman hidroponik tidak mempunyai zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian larutan nutrien secara terus menerus ke dalam media tanaman hidroponik sangat diperlukan dan diperhitungkan berdasarkan jumlah dan jenis tanaman yang ditanam. Pengairan tanaman dengan sistim hidroponik dikenal dua sistem pengairan, yaitu sistem genangan air dan sistem pengaliran air. Sistem genangan air adalah suatu system dengan cara memasukkan air pada wadah (pot) dengan ukuran ketinggian air didalam wadah jangan melampaui akar atau akar jangan terendam oleh genangan air, hal ini untuk menghindari supaya jangan membusuknya akar tanaman. Sistem genangan air ini dipakai apabila kita mempergunakan wadah akuarium. Kelemahan sistem genangan air ini adalah terjadinya pengendapan nutrien dibawah ( Hasim,1995).
Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik, contohnya batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung berapi. Sifatnya ringan, sukar lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous mudah menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah yang banyak. Batu apung terbaik untuk media tanam hidroponik perlu direkayasa menjadi sebesar kerikil (Fitter dan Hay, 2000).
Perawatan tanaman hidroponik sedikit berbeda dengan tanaman yang ditanam pada media tanah. Cara penyiraman dan pemupukan misalnya. Penyiraman dilakukan seminggu sekali. Pupuk yang diberikan dilarutkan dalam air yang juga berfungsi sebagai air siraman, lalu dituangkan ke dalam pot. Perawatan lainnya adalah pembersihan media dan wadah. Kegiatan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemangkasan akar. Batu-batu sebagai media dibersihkan dari kotoran, demikian juga wadahnya Pemberian pupuk yang umum yaitu dengan menabur langsung ke tanah tempat bibit yang di tanam. Akan tetapi, pada hidroponik pupuk diberikan dalam bentuk larutan dan lebih dikenal dengan istilah nutrien. Kandungan unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik tidak berbeda dengan tanaman di media tanah. Unsur hara yang dibutuhkan terdiri dari unsur makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan unsur mikro (Mn, Cu, Mo, Zn, dan Fe) (Palungkun, dkk, 1999).
Sebelum mulai mencoba hidroponik, hendaknya terlebih dahulu ditentukan tingkat suhu, kelembaban, serta jumlah sinar di tempat dimana kita mencoba hidroponik. Tingkat suhunya selain untuk mengatur tanaman dalam memperoleh energy, tapi juga erat kaitannya dengan kelembaban udara. Pada temperature 23ºC, kelembaban 40 % amat sesuai denagn tanaman. Sinar atau cahaya adalah salah satu bagian penting dalam proses fotosintesis (Lakitan, 2004).
Keuntungan yang dapat diterima dari penanaman hidroponik, misalnya ruangan tidak akan kotor oleh percikan tanah dari tanaman, perawatan lebih mudah karena penyiraman dan pemberian hara hanya dilakukan sekali setiap 5 – 7 hari. Bibit hama dan penyakit tumbuhan lebih ringan untuk diangkat keluar-masuk ruangan (Nazaruddin dan Angkasa, 1992).

1.3 Tujuan
Melatih mahasiswa menbuat pupuk daun atau larutan hidroponik dan mengevaluasi pengaruh larutan hidroponik terhadap pertumbuhan tanaman hortikultura yang ditanam secara hidroponik.




BAB II
METODOLOGI
2.1  Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Ø  Pipet volum
Ø  Gelas ukur
Ø  Ember
Ø  Mortal
Ø  pengaduk
2.1.2 Bahan
Ø  Kecambah kacang hijau
Ø  Larutan garam


2.2 Prosedur Kerja
Pada raktikum ini ada 2 kegiatan utama yang akan dilakukan. Yaitu: meracik larutan hidroponik pada tanaman budidaya. Formula larutan hiroponik yang akan dibuat adalah Unib-1. Unib-2, dan Unib-3 dengan mengikut prosedur penbuatan sebagai berikut:
2.2.1 Pembuatan larutan hidroponik
Formula Unib 1:
1.      Melarutkan 100 g pupuk N-P-K didalam 1 liter air.
2.      Melarutkan 100 g dolomite (CaMgCO3) di dalam 1 liter air.
3.      Menuang kedua larutan tersebut kedalam ember, menambah 2 liter, dan mengaduk sampai merata
4.      Membagi menjadi 4 bagian, masing-masing 1 liter. Beri label UNIB-1
5.      Memasukkan larutan kedalam botol; kemudian disimpan ditempat gelap.
Formula Unib 2:
1.      Mengulang langkah percobaan unib 1 dari 1-3
2.      Menambah 5 ml larutan hara mikro kedalam larutan
3.      Memasukkan larutan tersebut kedalam botol dan simpan ditempat gelap.

Formula Unib -3:
1.      membuat larutan lengkap mikro dan makro seperti acara IV
2.      tambahkan larutan ZPT sesuai dengan rencana penggunaan larutan ini
3.      Memberi label UNIB-3 dan kandungan larutannya pada botol
4.      menyimpan larutan ditempat gelap


























BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Hasil Pengamatan
mikroorganisme
Larutan
Unib-1
Unib-2
Unib-3
cendawan
ada
Tidak ada
ada
Ganggang
ada
Tidak ada
Tidak ada
Bakteri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Warna
Sangat keruh
Putih bening
Putih ke-abuan

3.2  Pembahasan
Dari pengamatan yang kami lakukan, yaitu dengan membuat larutan hidroponik dengan formula unib-1, unib-2, dan unib-3. Menurut buku penuntun sebenarnya kami melakukan pengamatan setelah 4 minggu larutan di penyimpana. Namun karean keterbatasan waktu kami melakukan pengamatan setelah 2 minggu larutan di penyimpanan. Mengamatinya yaitu dengan cara mengeluarkan botol-botol itu, lalu mengamati apakah ada cendawan, ganggang, cendawan atau bakteri yang tumbu pada media itu, yang menunjukan bahwa larutan hidroponik itu telah terkontaminasi.
Pada larutan unib-1 terdapat cendawan dan ganggang, sedangkan bakteri tidak ada. Warna larutan unib-1 sangat keruh. Warna yang sangat keruh ini disebabkan karena pada larutan ini terdapat microorganisme.
Pada larutan unib-2 tidak terdapat cendawan, ganggang, dan bakteri, sedangkan warna larutan unib-2 putih bening. Mungkin ini disebabkan karena larutan ini tidak terdapat microorganisme(cendawan, ganggang,dan bakteri).
Pada larutan unib-3 hanya ada cendawan, sedangkan warna dari larutan ini putih ke-abuan. Ini disebakan karena pada larutan ini tidak terdapat microorganisme yang banyak seperti larutan unib-1.
Dari hasil pengamatan ketiga larutan tersebut, dapat disimpulkan bahwa warna larutan dipengaruhi dengan banyaknya microorganisme yang terdapat pada larutan tersebut. Semakin banyak microorganisme pada larutan tersebut maka semakin keruh warna larutan tersebut, begitu juga sebaliknya.





























BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Larutan hidroponik dengan komposisi yang lengkap menunjang pertumbuhan tanaman. Penambahan ZPT seperti sitokinin mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Unsur makro menunjang pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Tanaman hidroponik dapat tumbuh dengan baik apabila lingkungan akar memperoleh cukup udara, air dan hara.

5.2 Saran
            Adapun saran yang dapat saya sampaikan adalah pada saat praktikum sebaiknya praktikan bekerja dengan baik terlebih pada saat pengamatan sebaiknya praktikan selalu sabar untuk mengamati setiap perbedaan yang muncul pada setiap perlakuan supaya hasil dari praktikum ini adalah hasil yang terbaik.
















DAFTAR PUSTAKA
Fitter dan., Hay, 2000. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta: Penebar Swadaya,
Hasim . 1995. Hidroponik. Jogjakarta: Kanisus
Lakitan, Hakim . 2204. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press )
Nazaruddin dan S. Angkasa, 1992. Palem Hias. Jakarta : Penebar Swadaya
Nicholls, R. E., 1996. Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah. Jakarta : Penabur
Palungkun H; dan Yovita, H.I. 1999. Paprika, Hidroponik dan Nonhidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya.










                                                            










Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan praktikum fisiologi tumbuhan acara 5 pembuatan larutan hidroponik

LAPORAN PRAKTIKUM  FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA 5 “ Pembuatan Larutan Hidroponik”                                    Nama                  : Rimma Ita Hutasoit           NPM                    : E1J014039           Prodi                    : Agroekoteknologi Shift                     : Selasa,14.00-1...

laporan praktikum fisiologi tanaman acara 4 defisiensi unsur hara

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN ACARA 4 DEFISIENSI UNSUR HARA Oleh Nama                      : Natal Pandapotan Nadeak NPM                       : E1J015111 Kelompok  : 3 (Tiga) Shift                        : Selasa, 12.00 - 14.00 Coas                        : Ossi Kurniawati(E1J014101) Kelas kuliah           : A LABORATORIUM AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...