LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TANAMAN
ACARA 7
RESPIRASI
Oleh
Nama : Natal
Pandapotan Nadeak
NPM : E1J015111
Kelompok : 3 (Tiga)
Shift : Selasa, 12.00 - 14.00
Coas : Ossi Kurniawati(E1J014101)
Kelas kuliah : A
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2
untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O
dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks,
dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang
diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang
disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan
dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang
secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2
dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang
terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi
Ditinjau dari kebutuhannya akan
oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi respirasi aerob yaitu respirasi yang
menggunakan oksigen bebas untuk mendapatkan energi dan respirasi anaerob atau
biasa disebut dengan proses fermentasi yaitu respirasi yang tidak menggunakan
oksigen namun bahan bakunya adalah seperti karbohidrat, asam lemak, asam amino
sehingga hasil respirasi berupa karbondioksida, air dan energi dalam bentuk ATP
(Keeton, 1997). Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka
persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6
+ 6 O2 6 CO2 + 6H2O + energi
Respirasi banyak memberikan manfaat
bagi tumbuhan. Manfaat tersebut terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi
proses pemecahan senyawa organik, dari proses pemecahan tersebut maka
dihasilkanlah senyawa-senyawa antara yang penting sebagai ”Building Block”.
Building Block merupakan senyawa-senyawa yang penting sebagai pembentuk tubuh.
Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam amino untuk protein; nukleotida untuk
asam nukleat; dan prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan
sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan
senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin. Telah diketahui bahwa hasil
akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O, hal ini terjadi
bila substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai senyawa di atas
terbentuk, substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2
dan H2O. Hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi
seluruhnya menjadi CO2 dan H2O, sedangkan sisanya
digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang sedang tumbuh.
Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa
dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain:
Tersedianya substrat pada tanaman
merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan
substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula.
Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi
akan meningkat. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan
oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah
oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari
oksigen yang tersedia di udara. Pengaruh faktor suhudimana umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 100C,
namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Tipe dan umur tumbuhan,
masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian
kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies.
Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan
yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
1.2.Landasan Teori
Respirasi adalah
proses yang terjadi pada mahluk hidup karena terjadinya pembakaran karbohidrat
9gula) oleh oksigen sehingga dihasilkan energy dalam bentuk ATP . respirasi
dipengaruhi oleh banyak factor, antara lain adalah susu lingkungan atau suhu
tubuh mahluk hidup yang melakukan respirasi, pada praktikum ini akan
didemonstrasikan pengaruh suhu teerhadap respirasi kecambah kacang hijau
(Usman,2015).
Respirasi merupakan kebalikan dari peristiwa
fotosintesis. Respirasi merupakan proses pembongkaran energy yang tersimpan
untuk dimanfaatkan dalam proses kehidupannya. (Dahlia, 2000)
Respirasi
menggambarkan berbagai proses yang menggunakan tanaman untuk menghasilkan
energi yang dapat digunakan (misalnya ATP) dan kerangka karbon (dibutuhkan
untuk biosintesis). Substrat utama untuk respirasi adalah karbohidrat larut
yang dihasilkan dalam fotosintesis. Energi diperlukan seluruh tanaman untuk
pertumbuhan, reduksi nitrat dalam akar dan daun, simbiosis N2
fiksasi, penyerapan nutrisi dari tanah, sintesis dan floem, protein dan membran
lipid, pemeliharaan ion gradien antara kompartemen selular, melindungi aparat
fotosintesis terhadap kerusakan dari cahaya tinggi, dan memperbaiki kerusakan
jika tidak terjadi. (Ian, 2005).
Proses respirasi pada tumbuhan
terdiri dari beberapa aktivitas yaitu yang pertama diawali dengan adanya proses
glikolisis. Glikolisis merupakan penguraian gula untuk menghasilkan etil
alkohol atau etanol. Akan tetapi apabila terjadi penguraian gula pada kondisi
kecukupan oksigen akan menghasilkan asam piruvat. Manfaat glikolisis dalam
proses respirasi yaitu :
1.
Mereduksi 2 molekul NAD+ menjadi NADH dalam perombakan setiap
molekul heksosa.
2.
Molekul heksosa yang dirombak akan menghasilkan 2 molekul ATP.
3.
Melalui proses glikolisis akan dihasilkan senyawa-senyawa antara yang dapat
menjadi bahan baku untuk sintesis berbagai senyawa yang terdapat dalam
tumbuhan.
Setelah proses glikolisis, tahap
selanjutnya dalam pembentukan energi yaitu siklus krebs. Tahap awal dari siklus
krebs yaitu terjadinya oksidasi dari asam piruvat yang merupakan hasil dari
glikolisis. Kemudian pembentukan koenzim atau asetil CoA yang ditandai dengan
adanya unit asetat dengan 2-C yang tersisa dan bergabung dengan suatu senyawa
yang mengandung belerang. Pada siklus krebs secara langsung dihasilkan satu
molekul ATP dari ADP dan asam suksinat (Lakitan ,2013).
Berdasarkan adanya kandungan oksigen
respirasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu respirasi aerobik dan anaerobik
dengan adanya oksigen proses respirasi dapat terjadi yang biasa disebut dengan
respirasi aerobik dan jika tidak ada oksigen maka disebut dengan respirasi
anaerobik (Adirahmanto dkk, 2013).
Dalam proses perkecambahan pada
tanaman respirasi memegang peran penting dalam pertumbuhan tanaman dimana pada
masa perkecambahan di dalam tumbuhan terjadi proses penguraian bahan-bahan
organik seperti karbohidrat, protein dan lemak menjadi bentuk terlarut yang
akan ditranslokasikan keseluruh titik tumbuh tanaman (Nurshanti, 2013).
Proses respirasi sangat dipengaruhi
oleh suhu. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Dalam proses respirasi setiap tanaman
membutuhkan suhu yang berbeda-beda (Smith dan Dukes, 2012).
Pada tumbuhan proses respirasi
terjadi didalam organel mitokondria. Proses respirasi ini memiliki pengaruh
yang sangat penting dalam perkecambahan dan pertumbuhan tanaman karena proses
respirasi menghasilkan energi yang akan digunakan oleh tumbuhan untuk memenuhi
kebutuhannya dan juga diperlukan pada saat proses fotosintesis (Shaban, 2013).
Dalam
penguraian molekul kompleks (glukosa) seperti tahap di atas memerlukan berbagai
enzim spesifik untuk mengubah masing-masing substrat. Enzim merupakan salah
satu factor dalam proses respirasi. Terdapat factor-faktor lain yang
mempengaruhi kecepatan respirasi, antara lain:
a. Ketersediaan Oksigen
Masing-masing tumbuhan
membutuhkan kadar oksigen yang berbeda, bahkan organ dalam satu tumbuhan..
b. Suhu
Faktor suhu bagi laju respirasi
tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10 dimana kecepatan
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC,
namun tergantung pada masing-masing spesies.
c. Ketersediaan Substrat
Kecepatan
respirasi tergantung pada tersedianya substrat, yaitu senyawa yang akan
diuraikan melalui berbagai reaksi. Tumbuhan yang mengandung cadangan pati,
fruktan, dan gula yang rendah akan menunjukkan laju reaksi yang rendah.
d. Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing tumbuhan memiliki
perbedaan metabolisme, sehingga kebutuhan respirasi berbeda pada masing-masing
spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan. Umur tumbuhan akan mempengaruhi laju respirasi. Laju respirasi
tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan
vegetative awal (dimana laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudian turun dengan
bertambahnya umur tumbuhan.
e. Suhu
Di dalam rentang suhu 0°C - 45°C,
peningkatan suhu akan diikuti oleh peningkatan laju respirasi. Pada suhu optimal kecepatan respirasi
meningkat. Faktor waktu berkaitan dengan sifat dari reaksi enzimatis (Salisbury,
F.B.1995 :
56).
f. Ketersediaan air
Air merupakan medium tempat
terjadinya reaksi respirasi. Oleh karena itu tidak tersedianya air menyebabkan
menurunnya laju respirasi.
g. Luka
Sudah lama para
ahli fisiologi tumbuhan mengetahui bahwa adanya luka pada suatu organ tumbuhan
memacu peningkatan laju respirasi. Umumnya adanya luka pada organ tumbuhan
menimbulkan inisiasi meristematik pada daerah luka, yang akhirnya dapat
berkembang menjadi kalus. Adanya inisiasi meristematik inilah yang menyebabkan
peningkatan laju respirasi, karena pada sel-sel yang meristematik banyak
terdapat substrat respirasiyang tersedia.
h. Konsentrasi CO2
Meningkatnya
konsentrasi CO2 di udara menyebabkan menutupnya stomata
sehingga proses pertukaran gas menjadi terbatas (kurang cepat). Akibatnya
terjadi penurunan laju respirasi.
i. Beberapa senyawa kimia
Beberapa
senyawa kimia seperti sianida, karbon monoksida, kloroform, eter, aseton,
formaldehid, alkaloid, dan glukosida bila dalam jumlah sedikit dapat
meningkatkan respirasi awal tetapi bila dalam jumlah banyak dapat menurunkan
laju respirasi. Turunnya laju respirasi disebabkan karena senyawa tersebut
bersifat menghambat reaksi enzimatis pada respirasi.
j. Perlakuan mekanik
Beberapa
perlakuan mekanik seperti pembengkokan, pengusapan, dan penggosokan dapat
meningkatkan respirasi. Tetapi jika perlakuan mekanik secara berulang ulang maka
efeknya tidak nampak lagi (Soerodikoesoemo.1995: 47).
1.3.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari
pengaruh suhu terhadap laju respirasi kecambah kacang hijau ( phaseolus vulgaris).
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1. Alat dan Bahan
Bahan :
·
Kacang hijau berusia 3
hari
·
Larutan NaOH(0,5 N)
·
Larutan HCl (0,1 N)
·
Larutan BaCl2
·
Larutan phenotthavein
Alat :
·
Botol 200 Ml
·
Kain kasa
·
Tali pengikat
·
Buret
·
Erlenmeyer
2.2. Prosedur Kerja
1) Menimbang
5 gr kecambah yang sehat dan berpenampilan bagus, lalu membungkus dengan kain
kasa.
2) Menyiapkan
3 bungkus kecambah untuk 3 perlakuan suhu dan 1 kontrol.
3) Menyiapkan
3 botol berukuran 200 ml. Mengisi botol dengan 30 ml larutan 0,5 N NaOH.
4) Memasukkan
bungkusan kecambah kedalam botol, tapi tidak boleh menyentuh larutan NaOH.
Caranya, mengikat bungkus kecambah dengan seutas benang, lalu mengikatkan
benang ke mulut botol sehingga kecambah menggantung di dalam botol. Memasukkan
ketiga bungkus kecambah ke ketiga botol yang telah diisi NaOH.
5) Menyimpan
ketiga botol berisi NaOH dan kecambah di 3 ruangan dengan suhu berbeda.
6) Menyiapkan
3 botol kosong dengan ukuran sama . mengisi masing masing botol dengan 30 ml
larutan 0,5 N NaOH . eletakkan botol kosong tanpa kecambah di tiga ruangan
dengan suhu berbeda sebagai control.
7) Memberi
label pada masing masing botol.
8) 24
jam kemudian, ambil semua botol, mengambil 5 ml larutan NaOH dari botol, memasukkan
ke dalam Erlenmeyer. Menambahkan 2,5 ml larutan BaCl2, memberikan 2
tetes phenolphthalein, lalu melakukan titrasi dengan 0,1 N HCl.
9) Mengakhiri
titrasi setelah terjadi perubahan warna( warna menghilang). Melakukan pekerjaan
ini 3 kali untuk tiap botol.
10) Menghitung
CO2 yang dibebaskab oleh kecambah pada tiga suhu yang berbeda.
Jumlah CO2 yang dibebaskan menunjukkan besarnya laju respirasi
kecambah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
|
Ulangan
|
Suhu Kacang Ada
Kecambah
|
Kontrol Tanpa
Kecambah
|
||||
|
18
|
|
|
18
|
|
|
|
|
1
|
29
|
15,5
|
44,7
|
49
|
17
|
44
|
|
2
|
27,2
|
16
|
43,5
|
48,5
|
14
|
43,5
|
|
3
|
28
|
15,5
|
44
|
49
|
14,5
|
44,5
|
|
Rata-rata
|
28,06
|
15,67
|
44,06
|
48,83
|
15,16
|
44
|
2 NaOH + CO2 Naà2CO3 + H2O............................................(1)
Na2CO3 + BaCl2 BaCO à 3 + 2 Na+ + 2Cl...............................(2)
BaCO3 Baà+ 2HCl+ + 2 Cl- + H2CO3 (H2O,
CO2)..........(3)
1 mol Na2CO3 = 62 gram.
BM Na2CO3 = 62
BM CO2 = 44
BM HCl = 36,5
CO2 yang
terbentuk =
X g mol Na2CO3 yang terbentuk 1 mol gas
Jumlah CO2 yang terbentuk adalah 
Sehingga jumlah CO2 perlakuan
Ada kecambah pada :
1. Kulkas
((18oC)
Mol HCl = 
= 
= 0,76
H2CO3(terbentuk) = ½ x
Mol HCl
= ½ x 0,76
= 0,38
CO2 yang terbentuk =
x H2CO3(terbentuk)
=
x 0,38
= 0,272
Jumlah CO2 dibebaskan = 
=
=
= 0,061
2.
Suhu
Ruangan (27oC)
Mol HCl = 
= 
= 0,42
H2CO3(terbentuk) = ½ x
Mol HCl
= ½ x 0,42
= 0,21
CO2 yang terbentuk =
x H2CO3(terbentuk)
=
x 0,21
= 0,15
Jumlah CO2 dibebaskan = 
=
=
= 0,034
3. Oven
(37oC)
Mol HCl = 
= 
= 1,207
H2CO3(terbentuk) = ½ x Mol HCl
= ½ x 1,207
= 0,603
CO2 yang terbentuk =
x H2CO3(terbentuk)
=
x 0,603
= 0,428
Jumlah CO2 dibebaskan = 
=
=
= 0,095
Sehingga jumlah CO2 perlakuan kontrol Tanpa
Kecambah pada:
1. Kulkas
((18oC)
Mol HCl = 
= 
= 1,337
H2CO3(terbentuk) = ½ x
Mol HCl
= ½ x 1,337
= 0,668
CO2 yang terbentuk =
x H2CO3(terbentuk)
=
x 0,668
= 0,474
Jumlah CO2 dibebaskan = 
=
=
= 0,106
2.
Suhu
Ruangan (27oC)
Mol HCl = 
= 
= 0,415
H2CO3(terbentuk) = ½ x
Mol HCl
= ½ x 0,415
= 0,207
CO2 yang terbentuk =
x H2CO3(terbentuk)
=
x 0,207
= 0,147
Jumlah CO2 dibebaskan =
=
Jumlah CO2 dibebaskan =
=
= 0,033
3. Oven
(37oC)
Mol HCl = 
= 
= 1,205
H2CO3(terbentuk) = ½ x Mol HCl
= ½ x 1,205
= 0,602
CO2 yang terbentuk =
x H2CO3(terbentuk)
=
x 0,602
= 0,427
Jumlah CO2 dibebaskan = 
=
=
= 0,095
3.2. Pembahasan
Pada praktikum ini kita telah mengamati proses respirasi
pada kecambah kacang hijau. Alasan mengapa bahan yang digunakan adalah kecambah
kacang hijau, karena tumbuhan ini merupakan suatu organisme yang walaupun ia
masih belum berkembang dengan sempurna tetapi sudah bisa melakukan pernapasan,
hal ini terbukti dari hasil percobaan yang telah diamati dimana kecambah kacang
hijau sebagai bahan percobaan mampu melakukan respirasi.
Pada percobaan ini, digunakan kecambah yang masih muda yaitu
kecambah yang berumur 3 hari karena kecambah muda masih aktif melakukan metabolisme
yang menghasilkan energy. Energi tersebut digunakan untuk pertumbuhan kecambah.
Sedangkan kotiledon yang merupakan cadangan makanan kecambah yang mengandung
banyak pati. Pati merupakan substrat dalam respirasi kecambah, sehingga
sebagian besar pati akan hilang selama pertumbuhannya.
Kecambah yang diuji digantung di dalam Erlenmeyer yang
berisi 30 ml NaOH yang nantinya berfungsi untuk mengikat CO2 hasil
respirasi kecambah. Dibutuhkan waktu 24 jam untuk mengamati respirasi kecambah.
NaOH yang didapat dari erlenmeyer direaksikan dengan BaCl2 kemudian ditirasi dengan HCl untuk
mengetahui banyaknya CO2 yang dibebaskan. Reaksi kimia yang
berlangsung sebagai berikut :
·
Proses
pengambilan NaOH dari tabung Erlenmeyer terjadi reaksi:
CO2 + NaOH Na HCO3 + H2O
oksidasi asam basa
garam air
· Saat NaOH ditambahkan BaCl2 maka terjadi
reaksi :
NaOH + BaCl2 NaCl2 + Ba(OH)2
Basa
garam garam basa
· Setelah ditambahkan PP dan dititrasi
dengan HCl maka didapatkan reaksi :
Ba(OH)2 + HCl 2H 2O + BaCl2
Basa asam
air garam
Tidak semua CO2 bisa
diikat oleh NaOH. NaOH yang tidak mengikat CO2 tersebut tidak
semuanya bereaksi dengan BaCl2 dan menghasilkan Ba(OH)2
yang berwarna bening. Kemudian Ba(OH)2 tersebut diuji dengan PP,
terjadi perubahan warna menjadi merah. Warna merah menunjukkan bahwa Ba(OH)2
bersifat basa. Ketika Ba(OH)2 sebanyak 5 ml dititrasi dengan HCl
maka menghasilkan garam BaCl2 dengan indikasi perubahan warna Ba(OH)2
yang asalnya merah berubah menjadi bening (warna merah tepat hilang). Pada saat
warna merah tepat hilang itulah dihitung volume HCl yang dibutuhkan untuk
menetrasi Ba(OH)2. Volume HCl tersebut sebanding dengan volume NaOH
yang tidak mengikat CO2, sehingga dari volume HCl dapat diketahui
volume NaOH yang mengikat CO2.
Data yang kami peroleh ini sesuai
dengan teori
bahwa kadar CO2 dalam 30 ml
NaOH yang berada pada suhu inkubator lebih besar dari pada suhu ruangan, demikian juga
pada
kadar CO2 yang digunakan sebagai perlakuan (kecambah) lebih besar dari pada kadar CO2
yang digunakan
sebagai kontrol.
Berdasarkan teori kecepatan respirasi pada suhu yang lebih
tinggi (dalam hal ini 370C) lebih cepat dari
pada kecepatan respirasi pada suhu ruangan (dalam hal ini 270C), namun kecepatan
reaksi akan meningkat hanya sampai suhu optimum. Jika sudah melampaui suhu
optimum maka kecepatan reaksi justru akan menurun. Hal ini menunjukkan bahwa
suhu 370C merupakan suhu optimum kecambah untuk melakukan respirasi.
BAB
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi ini, maka dapat
disimpulkan bahwa suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi kecambah,
semakin tinggi suhu maka semakin banyak CO2 yang dibebaskan,
sehingga mempengaruhi laju respirasi yaitu akan semakin meningkat.
4.2.
Saran
Diharapkan
kepada praktikan agar melaksanakan praktikum dengan baik dan benar agar tidak
kebingungan pada saat melakukan praktikum baik pada penyiapan bahan perlakuan
serta pada proses titrasi agar tujuan dari praktikum dapat terlaksana dengan
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Adirahmanto, K.A, Hartanto R, dan
Novita D.D. 2013. Perubahan Kimia Dan
Lama
Simpan Buah Salak
Pondoh (Salacca Edulisreinw) Dalam Penyimpanan Dinamis Udara – Co2.
Teknik Pertanian Lampung, 2(3): 123-132.
Dahlia,
dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang : UM
Press
Ian, 2005. Panduan Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Surabaya: Unipress Ikip Surabaya.
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Nurshanti,
2013. Dasar-dasar Fisiologi
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Salisbury,
Frank and Ross, Cleon. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 2. Bandung. Penerbit ITB.
Shaban, Morad. 2013. Review On Physiological Aspects Of Seed
Deterioration. Intl J Agri Crop SciI, 6(11):
627-631.
Smith,
N. G. and J. S. Dukes. 2012. Plant
respiration and Photosyntesis in global-scale models: incorporating acclimation
to temperature and CO2. Global Change Biology doi: 10.1111: 1-18.
Usman,2015.
Penuntun praktikum fisiologi tanaman.
Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Komentar
Posting Komentar